KISAH SINGKAT NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim AS Mencari Tuhan

pada masa Nabi Ibrahim AS, masyarakatnya terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok yang pertama menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu, kelompok yang kedua menyembah bintang dan bulan, sedangkan kelompok ketiga menyembah raja-raja atau penguasa.

Bacaan Lainnya

Merasa tidak sejalan dengan masyarakat dan keluarganya, Nabi Ibrahim keluar dari rumahnya menuju gunung. Di tengah kegelapan beliau berada di sebuah gua, beliau memerhatikan langit yang tampak bintang-bintang yang disembah oleh manusia. Mengapa manusia justru menyembah ciptaan Tuhan? Bukankah benda-benda itu muncul dan teggelam atas izin Allah? Ataukah bintang itu memmang Tuhan? Nabi Ibrahim AS sangat sedih dan hatinya menjadi gundah. Allah menceritakan peristiwa ini dalam surah Al-An’am ayat 76 :

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۗقَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ

Artinya:

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”(Q.S. Al-An’am/6:76)

Nabi Ibrahim AS kembali merenung dan memerhatikan bulan, mungkin itu adalah Tuhan, tetapi bulan juga muncul dan tenggelam sama seperti bintang, berarti bulan juga bukan Tuhan. Kemudian Nabi Ibrahim AS memerhatikan matahari sebagai benda yang paling besar dan terang, mungkin matahari itulah Tuhan, tetapi ternyata matahari juga timbul dan tenggelam.

Akhirnya, Nabi Ibrahim AS berkesimpulan bahwa Tuhan yang berhak di sembah hanyalah Allah SWT. Allah yang telah menciptakan bintang, bulan dan matahari serta seluruh isi semesta. Nabi Ibrahim AS kemudian mengajak masyarakat termasuk ayahnya untuk menyembah Allah, namun ia tolak. Meskipun demikian, Nabi Ibrahim AS tidak pernah putus asa, beliau tetap berdakwah walaupun mendapat hinaan, ejekan, bahkan acaman dari kaumnya. Nabi Ibrahim AS menghadapi semua cobaan itu dengan berani.

Nabi Ibrahim AS kemudian membuat rencana untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat persembahan. Ia menghancurkan patung-patung penyembahan dan menyisakan satu patung yang paling besar kemudia mengalungkan kapak di leher patung yang besar itu. Setelah melaksanakan tugas itu ia menuju gunung dan bersumpah untuk membawa bukti yang jelas atas kebodohan umatnya yang tidak mau menyembah Allah.

Melihat Tuhan-tuhan berhalanya hancur, Raja Namrud marah dan memanggil Nabi Ibrahim AS untuk dimintai keterangan tetang siapa yang telah menghancurkan patung berhala. Ketika ditanya tentang hal itu, Nabi Ibrahim AS menyuruh untuk menanyakan kepada patung yang paling besar, bukankah di lehernya terkalung kapak? Mendengan jawaban itu Raja Namrud menjadi marah karena mana mungkin bertanya kepada patung yang tidak dapat bicara. Nabi Ibrahim AS kemudian dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup. Nabi Ibrahim AS melaksanakan hukum itu sambil memohon perlindungan kepada Allah Allah melindungi Nabi Ibrahim AS dengan menjadikan api yang membakar Nabi Ibrahim AS dingin.

Sebagaimana tercantum dalam Q.S Al-Anbiya ayat 69:

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

artinya : 

“Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim.” (Q.S. Al-Anbiya/21:69)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *